Jumat, 08 Oktober 2010

senyawa anorganik dan senyawa organik


Standar Kompete
Kompetensi Dasar :
11.1Menjelaskan senyawa anorganik
11.2Menjelaskan senyawa organik
11.3Menerapkan uji kualitatif senyawa anorganik dan senyawa organik
11.4       Menerapkan uji kuantitatif/penetapan kadar senyawa anorganik dan senyawa organik
11.5Menjelaskan Good Laboratory Practice (GLP)

DAFTAR ISI

BAB XI 
11.1 Pendahuluan ...............................................................
11.1.1 Reaksi Kering ..............................................................
11.1.2 Reaksi Basah ..............................................................
11.2 Senyawa An Organik....................................................
11.2.1 Identifikasi Kation..........................................................
11.2.2 Identifikasi Anion ..........................................................
11.2.3 Pemisahan Campuran Senyawa An Organik ..............
11.3 Senyawa Organik ........................................................
11.3.1 Identifikasi Senyawa Obat ...........................................
11.4 Penetapan Kadar Senyawa Obat.................................
11.5 Prosedur Laboratorium sesuai Good Laboratory
Practice (GLP)..............................................................





11.1 Pendahuluan

Analisa kualitatif dapat meng­gunakan dua macam uji, reaksi ke­ring dan basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan re­aksi basah untuk zat dalam larutan.
11.1.1 Reaksi Kering
Sejumlah uji yang dapat di­lakukan dalam keadaan kering yakni tanpa melarutkan contoh. Reaksi ini dapat dilakukan dengan
1. Pemanasan
Zat dimasukkan dalam sebu­ah tabung pengapian (tabung bo­la)yang terbuat dari pipa kaca lunak, dan dipanasi dalam sebuah nyala bunsen. Mula-mula dengan nyala kecil kecil kemudian dengan nyala yang lebih kuat. Tabung reaksi kecil, 60-70 mm x 7-8mm, yang mudah diperoleh dan murah dapat juga dipakai. Dapat terjadi sublimasi, pe­lelehan, atau penguraian yang diser­tai perubahan warna, atau dapat di­be­baskan suatu gas yang dapat di­kenali dari sifat-sifat khas tertentu.
2. Uji Nyala
Halaman ini menguraikan ba­gai­mana melakukan sebuah uji nyala untuk berbagai ion logam,
dan secara ringkas menjelaskan bagaimana warna nyala bisa terben­tuk. Uji nyala digunakan untuk meng­identifikasi keberadaan ion logam da­lam jumlah yang relatif kecil pada sebuah senyawa. Tidak semua ion logam menghasilkan warna nya­la.Untuk senyawa-senyawa Golong­an 1, uji nyala biasanya merupakan cara yang paling mudah untuk meng­identifikasi logam mana yang ter­dapat dalam senyawa. Untuk logam-logam lain, biasanya ada metode mudah lainnya yang lebih dapat dipercaya - meski demikian uji nyala bisa memberikan petunjuk berman­faat seperti metode mana yang akan dipakai. Untuk ini maka perlu me­ngetahui struktur nyala bunsen tak terang.
Gambar 145. Struktur Nyala Bunsen

Temperatur yang terendah adalah pada dasar nyala (a), ini dimanfaatkan untuk menguji nyala dari zat-zat atsiri. Bagian terpanas nyala adalah zona pelelehan pada (b), daerah ini dimanfaatkan untuk menguji kedapat-lelehan zat dan juga melengkapi (a) dalam menguji keat­sirian relatif dari campuran zat-zat. Zat mengoksid bawah terletak ada batas luar (b) dan dapat digunakan untuk mengoksid zat-zat yang terlarut dalam manik borak, natrium karbonat atau garam mikroskopik. Zat meng­oksid atas (d), daerah ini digunakan untuk semua proses oksidasi yang tidak diperlukan temperatur tinggi. Zona reduksi atas (e) adalah ujung kerucut biru dalam. Daerah ini ber­guna untuk mereduksi oksida kerak menjadi logam. Zona mereduksi ba­wah (f) berguna untuk mereduksi bo­raks lelehan.
Bersihkan sebuah kawat plati­num atau nikrome- (sebuah alloy nikel-kromium) dengan mencelup­kannya ke dalam asam hidroklorat pekat dan kemudian panaskan pada Bunsen. Ulangi prosedur ini sampai kawat tidak menimbulkan warna pada zona pelehan b nyala api Bunsen. Jika kawat telah bersih, ba­sa­hi kembali dengan asam dan ke­mu­dian celupkan ke dalam sedikit bubuk padatan yang akan diuji se­hingga ada beberapa bubuk padatan yang menempel pada kawat tersebut. Agar dapat memahami uji ini maka perlu mengetahui struktur nyala Bun­sen. Kemudian zat dimasukkan ke dalam zona mengoksid bawah (c) dan diamati warna yang terjadi. Zat-zat yang kurang mengatsri dipanas­kan zona pemanasan b, dengan cara ini dimungkinkan untuk meman­faat­kan perbedaan keatsirian untuk me­misahkan komponen- komponen da­lam campuran.


Tabel 21. Warna Nyala dengan Api Bunsen
Zat mengandung
Warna Nyala
Na
Kuning
K
Violet
Ca
Merah bata
Sr
Merah
Ba
Hijau kuning
Cu
Hijau kebiruan



3. Uji manik boraks
Sehelai kawat platinum digu­nakan untuk uji manik boraks.Ujung bebas kawat platinum dibengkokan menjadi suatu lingkaran kecil. Ling­karan ini dipanasi dalam dalam nyala bunsen sampai membara dan ke­mu­di­an dengan cepat dibenamkan da­lam bubuk boraks Na2B4O7.10 H2O. Zat padat yang menempel ditaruh pada bagian nyala terpanas, garam ter­sebut mengembang ketika mele­pas­kan air kristalnya dan me­nyusut se­besar lingkaran tersebut dengan mem­bentuk manik mirip kaca, tem­bus cahaya dan tak berwarna yang terdiri dari suatu campuran natrium metaborat dan anhidrida borat.
Manik itu dibasahi dan dibenamkan dalam zat sehingga zat akan menem­pel pada manik dan dipanasi,mula-mula dipanasi dalam nyala reduksi ba­­wah , dibiarkan dingin dan warna­nya diamati. Kemudian manik terse­but dipanasi dalam nyala mengoksid bawah, dibiarkan mendingin dan dia­mati warnanya lagi.
Manikyang secara kharakteristik ber­warna dihasilkan dengan garam tem­baga, besi, kromium, mangan , ko­balt dan nikel.

11.1.2 Reaksi Basah

Uji ini dilakukan dengan cara zat yang akan dianalisis dilarutkan lebih dahulu dalam suatu zat pelarut yang tepat.
Sebagai zat pelarut berturut-turut da­pat dicoba :
  1. Aquadest dingin/panas
  2. Asam klorida encer dingin/
panas
  1. Asam florida pekat dingin/
panas
  1. Asam nitrat encer dingin/pa­nas
  2. Asam nitrat pekat dingin/pa­nas
  3. Aqua regia (campuran 3 bagi­an HCl pekat dan 1 bagian HNO3 pekat)

Reaksi dikatakan terjadi bila :
  1. terbentuk endapan
  2. terjadi pembebasan gas
  3. terjadi perubahan warna.
Mayoritas reaksi analisis kualitatif di­la­kukan dengan cara basah.

11.2 Senyawa An.Organik

11.2.1 Identifikasi Kation
11.2.1.1 Klasifikasi Kation.
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifi­kasi­kan dalam lima golongan berda­sar­kan sifat-sifat kation itu terhadap be­be­rapa reagensia. Dengan menggu­nakan reagensia golongan secara sis­tematik dapat ditetapkan ada ti­daknya golongan-golongan kation, dan dapat juga digunakan untuk pe­mi­sahan golongan–golongan ini un­tuk pemeriksaan lebih lanjut.
Reagensia yang digunakan untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amo­nium karbonat. Klasifikasi ini didasar­kan apakah suatu kation bereaksi de­ngan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan.
Kelima golonan kation dan ci­ri-ciri khas golongan–golongan ini ada­lah sebagai berikut:
  1. Golongan I
Golongan ini membentuk en­dap­an dengan asam klorida en­cer. Ion-ion golongan ini adalah timbal (Pb), merkurium (I) raksa, dan perak(Ag).
  1. Golongan II
Kation golongan ini tidak be­reaksi dengan asam klorida te­tapi membentuk endapan de­ngan hidrogen sulfida da­lam suasana asam mineral en­cer. Ion-ion golongan ini adalah golongan IIA yaitu merkurium(II), tembaga , bis­muth, kadmium, dan golong­an IIB yaitu arsenik (III), ar­
senik (V), stibium(III), stibium (V), timah (II) danTimah (III) (IV). Sulfida dari kation go­long­an IIA tidak dapat larut dalam amoniumpolisulfida se­dang­kan sulfida dari golongan IIB justru dapat larut.
  1. Golongan III
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan hidro­gen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini membentuk endap­an dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-kation go­long­an ini adalah kobalt (II), nikel (II), besi (II), besi (III), kromium(III) aluminium, zink dan mangan (II).
  1. Golongan IV
Kation golongan ini tidak be­reaksi dengan reagensia go­longan I, II, dan III. Kation-kati­on ini membentuk endap­an dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klo­rida dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-ka­tion golongan ini adalah kal­sium, stronsium dan barium.
  1. Golongan V
Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia golongan sebelum­nya, merupakan golongan ka­tion terakhir (sisa) yang me­liputi ion magnesium, natri­um, kalium, dan amonium.

A. Identifikasi Kation Golongan I
1. Identifikasi Timbal (Pb2+)
Larutan timbal nitrat (0,25 M atau timbal Asetat (0,25 M) dapat di­pakai untuk mempelajari reaksi-re­aksi ini.
  1. Dengan asam klorida encer ter­bentuk endapan putih, en­dapan larut dalam NH4OH en­cer.

Pb2+ + 2Cl- PbCl2
Apabila ke dalam larutan yang terjadi ditambah HNO3 en­cer terbentuk endapan pu­tih.
  1. Dengan Hidrogen sulfida da­lam suasana netral atau asam encer terbentuk endapan hi­tam timbal sulfida.
Pb2+ + H2S ↔ PbS↓ + 2H+
  1. Dengan larutan amonia ter­bentuk endapan putih timbal hidroksida.
Pb2+ + 2NH3 + 2H2OPb(OH)2↓ + 2NH4+
  1. Dengan larutan NaOH ter­bentuk endapan putih timbal hidroksida, endapan larut da­lam reagensia berlebih, yaitu terbentuk ion tetra­hi­drok­splum­bat (II).
Pb2+ + 2OH- Pb(OH)2
Pb(OH)2↓ + 2OH- Pb(OH) 4 2-
  1. Dengan asam sulfat encer ter­bentuk endapan putih tim­bal sulfat.
Pb2+ + SO42- Pb SO4
Pb SO4↓ + H2SO4 Pb2+ + HSO4-
  1. Dengan Kalium Iodida ter­ben­tuk endapan kuning timbal iodida
Pb2+ + 2I - PbI2
Endapan larut dalam air men­didih menghasilkan larut­an tak berwarna, setelah di­ngin akan memisah mem­bentuk ke­ping-keping ber­war­na ku­ning keemasan.
2. Identifikasi Merkurium (I)
( Hg22+)

a. Dengan asam klorida encer atau klorida–klorida yang larut terbentuk endapan putih ka­lomel.
Hg22+ + 2Cl- → Hg2Cl2
b. Dengan hidrogen sulfida da­lam suasana netral atau asam encer terbentuk endapan hi­tam.
Hg22+ + H2S ↔ Hg + HgS↓ + 2H+
  1. Dengan larutan amonia ter­bentuk endapan hitam yang merupakan campuran mer­ku­rium (I) dan merkurium (II) amidonitrat basa.
.
Hg22++ NO3-+4NH3+H2O → HgOHg– NH2↓ + 2Hg↓ + 3NH4+NO3
  1. Dengan larutan NaOH ter­bentuk endapan hitam Mer­kurium (I) oksida
Hg22+ + 2OH- Hg2O↓ + H2O
e. Dengan Kalium Iodida ter­bentuk endapan hijau merku­rium(I) iodida, jika ditambah reagensia berlebihan terben­tuk ion tetraiodomerkurat (II) yang larut dan merkurium hitam yang berbutir halus.
Hg22+ + 2I - Hg2I2
Hg2I2 ↓ + 2I- - HgI42- ↓ + Hg
3. Identifikasi Perak (Ag+)
a. Dengan asam klorida encer atau klorida–klorida yang larut terbentuk endapan perak klorida. Endapan larut dalam amo­nia encer dan dengan asam nitrat encer akan me­netralkan kelebihan amo­nia se­hingga akan terbentuk en­dapan lagi.
Ag+ + 2Cl- → AgCl↓
Ag+ + 2NH3- → [Ag (NH3)2]+ + Cl-
b. Dengan hidrogen sulfida da­lam suasana netral atau asam encer terbentuk endapan hi­tam perak sulfida .
2Ag+ + H2S ↔ Ag2S↓ + 2H+
c. Dengan larutan amonia ter­bentuk endapan coklat perak oksida.
2Ag+ + 2NH3 + H2O → Ag2O↓ + 2NH4+
d.    Dengan larutan NaOH terben­tuk endapan coklat perak ok­sida

2Ag+ + 2OH- Ag2O↓ + H2O
e. Dengan Kalium Iodida ter­bentuk endapan kuning perak iodida, jika ditambah reagen­sia amonia encer/pekat en­dap­an tidak larut. Endapan mu­dah larut dalam kalium sia­nida dan natrium tiosulfat.
Ag+ + I - AgI ↓
AgI ↓+ 2CN - [Ag(CN)2]- + I -
AgI ↓+ 2S2O32 - Ag(S2O3)2 3- + I

B.  Identifikasi Kation Golongan II
1.    Identifikasi Merkurium (II)
a.    Dengan Hidrogen sulfida (gas/larutan jenuh): dengan ada­nya asam klorida encer, mula-mula akan terbentuk en­dapan putih merkurium (II) klo­­rosulfida yang terurai bila di­tambahkan hidrogen sulfida lebih lanjut dan akhirnya ter­bentuk endapan hitam merku­ri (II) sulfida.
3Hg2+ + 2Cl- + 2H2S ↔ Hg3S2Cl2↓ + 4H+ + 2Cl-
b.   Dengan larutan amonia ter­bentuk endapan putih yang merupakan campuran merku­ri­um (II) oksida dan merku­rium (II) amidonitrat.

2Hg2+ + NO3- + 4NH3 +H2O → HgO Hg ( NH2)NO3↓ + 2Hg↓ + 3NH4+
c. Dengan larutan NaOH dalam jumlah sedikit terbentuk en­dapan merah kecoklatan, bila ditambahkan dalam jumlah yang stoikiometris endapan berubah menjadi kuning ter­ben­tuk Merkurium (II) oksida
Hg2+ + 2OH- HgO↓ + H2O
d. Dengan Kalium Iodida bila di­tambahkan perlahan-lahan pa­­­da larutan terbentuk endap­an merah merkurium(II) iodi­da, jika ditambah reagensia berlebihan terbentuk ion tetra­iodomerkurat (II) yang larut
Hg2+ + 2I - HgI2
HgI2 ↓ + 2I- - [HgI4]2-
e. Dengan kalium sianida tidak ter­jadi perubahan apa-apa.

2. Identifikasi Bismut (Bi3+ )
a. Dengan Hidrogen sulfida (gas/larutan jenuh): terbentuk endapan hitam bismut sulfida. Endapan larut dalam asam klorida pekat yang mendidih, yaitu pada saat gas hidrogen sulfida dibebaskan.
2Bi3+ + 3H2S ↔ Bi2S3↓ + 6H+
Bi2S3↓ + 6HCl → 2Bi3+ + 6Cl- + 3H2S↑
b. Dengan larutan amonia ter­bentuk endapan putih
Bi3++ NO3- + 2NH3 +2H2O → Bi ( OH)2NO3↓ + 2Hg↓ + 2NH4+
c. Dengan larutan NaOH ter­bentuk endapan putih bismut hidroksida.
Bi3++ 3OH- Bi (OH)3
  1. Dengan Kalium Iodida bila ditambahkan perlahan-lahan pa­da larutan terbentuk endap­an hitam bismut (II) iodida, jika ditambah reagensia ber­lebihan terbentuk ion tetra­iodobismutat (II) yang ber­war­na jingga.
Bi3+ + I- → BiI3
BiI3↓ + I- ↔ BiI4-
e. Dengan kalium sianida ter­ben­tuk endapan putih bismut hidroksida
Bi3++ 3H2O + 3CN - Bi(OH)3↓ + 3HCN↑

3. Identifikasi Tembaga (Cu2+)
a. Dengan Hidrogen sulfida (gas/ larutan jenuh): terbentuk en­dap­an hitam tembaga(II) sulfi­da.
Cu2+ + H2S ↔ CuS↓ + 2H+
b. Dengan larutan amonia dalam jumlah yang sangat sedikit terbentuk endapan biru.
2Cu2++ SO4- + 2NH3 +2H2O →
Cu (OH)2CuSO4↓ + 2NH4+

c. Dengan larutan NaOH dalam larutan dingin terbentuk en­dapan biru tembaga (II) hi­drok­sida.
Cu2++ 2OH- Cu (OH)2
  1. Dengan Kalium Iodida ter­bentuk endapan putih tem­ba­ga (II) iodida, tetapi larut­an­nya berwarna coklat tua kare­na terbentuk ion-ion tri-iodida (iod)
2Cu2+ + 5I- → 2CuI↓ + I3-
e. Dengan kalium sianida ter­bentuk endapan kuning tem­baga(II) sianida
Cu2+ CN - Cu(CN)2

4. Identifikasi Kadmium ( Cd2+)
a. Dengan Hidrogen sulfida (gas­/larutan jenuh) terbentuk endapan kuning kadmium sul­fi­da.
Cd2+ + H2S ↔ CdS↓ + 2H+
b. Dengan larutan amonia bila di­tam­bahkan tetes demi tetes terbentuk endapan putih
Cd2++ 2NH3 +2H2O ↔
Cd( OH)2↓ + 2NH4+
c. Dengan larutan NaOH dalam larutan dingin terbentuk en­dap­an putih kadmium (II) hidroksida.
Cd2++ 2OH- Cd (OH)2
d. Dengan Kalium Iodida tidak terbentuk endapan
e. Dengan kalium sianida ter­bentuk endapan putih kad­mi­um(II) sianida
Cd2++ 2 CN - Cd(CN)2

5. Identifikasi Arsenik ( As3+)
a. Dengan Hidrogen sulfida (gas­/larutan jenuh) terbentuk endapan kuning arsenik (III) sulfida.
2As3+ + 3H2S → As2O3↓ + 6H+
b. Dengan larutan perak nitrat dalam larutan netral terbentuk endapan kuning
AsO33- + 3Ag+→ AsO33- + Ag2AsO3
c. Dengan campuran magnesia (larutan yang mengandung MgCl2, NH4Cl dan sedikit NH3 tidak terbentuk endapan.
d. Dengan larutan tembaga sulfat terbentuk endapan hijau tembaga arsenit
e. Dengan kalium tri-iodida la­rutan iod dalam kalium iodida mengoksidasikan ion arsenit sehingga warna luntur.
AsO33- + I3- + H2O → AsO43- +3 I- + 2H+

6. Identifikasi Arsenik ( As5+)
a. Dengan Hidrogen sulfida (gas/larutan jenuh): tidak ter­ben­tuk. Jika aliran udara dite­ruskan,campuran Arsenik (III) sulfida, As2S3 dan belerang mengendapdengan lambat. Pe­ngendapan akan lebih ce­pat dalam larutan panas.
AsO43-+ H2S → AsO33- + S↓+ H2O
2AsO33- + 3H2S + 6H+ → As2S3 ↓ + 6H2O
b. Dengan larutan perak nitrat dalam larutan netral terbentuk endapan merah kecoklatan.
AsO43-+ 3Ag2+ → Ag3AsO4
c. Dengan campuran magnesia (larutan yang mengandung MgCl2, NH4Cl dan sedikit NH3) endapan kristalin putih.
AsO43-+ 3Mg2+ + NH4 +→ MgNH4AsO4
  1. Dengan larutan amonium mo­lybdat dan asam nitrat ber­lebihan terbentuk endapan kris­talin berwarna kuning.
AsO43-+ 12MoO42- + 3NH4+ + 2H+ → (NH4)As Mo12O40↓ + 12H2O
e. Dengan larutan kalium iodida dan asam klorida pekat maka ion iod akan diendapkan..
AsO43- +2H+ + 2I- ↔ + H2O → AsO33- + I2 + H2O

7. Identifikasi Stibium (Sb3+)
a. Dengan Hidrogen sulfida (gas­­/larutan jenuh) terbentuk endapan merah stibium trisul­fida.
2Sb3+ + 3H2S → Sb2S3 + 6H+
c.    Dengan air terbentuk endap­an putih antimonil klorida SbOCl.

d.    Dengan natrium hdroksida atau amonia terbentuk endap­an putih stibium (III)oksida yang larut dalam larutan basa yang pekat membentuk anti­monit.
2Sb3++6OH- → Sb2O3↓ + 3H2O
Sb2O3↓ + 2OH-→ 2SbO2-↓ + H2O
e.    Dengan Zink membentuk en­dapan hitam yaitu stibium.
2Sb3+ + 3Zn → 2Sb + 3Zn2+
f.     Dengan kawat besi terbentuk endapan hitam stibium.
2Sb3+ + 3Fe→ 2Sb + 3Fe2+

8. Identifikasi Stibium (Sb5+)
a. Dengan Hidrogen sulfida (gas/larutan jenuh) terbentuk endapan merah jingga stibium pentasulfida.
2Sb5+ + 5H2S → Sb2S5+ 10H+
  1. Dengan air terbentuk endap­an putih dengan komposisi macam-macam akhirnya akan terbentuk asam antimonat.
2Sb5+ + 4H2O → H3SbO4↓ + 5H+
  1. Dengan kalium iodide dalam larutan yang bersifat asam,iod memisah.
Sb5+ + 2I- → Sb3+ + I2
  1. Dengan Zink atau timah membentuk endapan hitam yaitu stibium dengan adanya asam klorida..
2Sb5+ + 5Zn ↓→ 2Sb↓ + 5Zn2+
2Sb5+ + 5Sn ↓→ 2Sb↓ + 5Sn2+

9. Identifikasi Timah (II)/ (Sn2+)
a. Dengan Hidrogen sulfida (gas/ larutan jenuh) terbentuk endapan coklat timah (II) sulfida.
Sn2+ + H2S → SnS↓ + 2H+
b. Dengan natrium hidroksida terbentuk endapan putih ti­mah (II) hidroksida yang larut dalam alkali berlebihan.
Sn2++2OH- → Sn(OH)2
Sn(OH)2↓ +2OH- → Sn(OH)42-
c. Dengan larutan merkurium (II) klorida terbentuk endapan putih merkurium (I) klorida,jika sejumlah besar reagensia di­tam­bahkan dengan cepat.
  1. Dengan larutan bismut nitrat dan natrium hidroksida ter­ben­tuk endapan hitam logam bismut.
Bi3++ 3OH- Bi (OH)3↓
Bi (OH)3↓ + Sn(OH)42- → 2Bi↓ + 3Sn(OH)62-

10. Identifikasi Timah (IV) (Sn2+)
a. Dengan Hidrogen sulfida (gas/larutan jenuh) terbentuk endapan kuning timah (IV) sul­fda. Endapan larut dalam asam klorida pekat.
Sn4+ + 2H2S → SnS2↓ + 4H+
b. Dengan natrium hidroksida terbentuk endapan putih se­per­ti gelatin yaitu timah (IV) hidroksida.
Sn4++2OH- → Sn(OH)4
Sn(OH)42-↓+2OH-→Sn(OH)62
  1. Dengan larutan merkurium (II) klorida tidak terbentuk en­dap­an.

  1. Dengan logam besi terjadi reduksi ion timah (IV) menjadi timah(II).
Sn4++ Fe → Fe2+ + Sn2+

C.  Identifikasi Kation Golongan III
1.    Identifikasi Besi (II)
a.    Dengan larutan natrium hi­droksida terbentuk endapan putih bila tidak terdapat udara sama sekali. Bila terkena udar akan teroksidasi menjadi besi (III) hidroksida yang berupa endapan coklat kemerahan.
Fe2+ + 2OH- → Fe(OH)2
4Fe(OH)2↓ + 2H2O + O2→ 4Fe(OH)3
4Fe(OH)3↓ + H2O2 → 2Fe(OH)3
b.    Dengan larutan amonia terjadi pengendapan besi (II) hidrok­sida.
Fe2+ + 2OH- → Fe(OH)2
c.    Dengan hidrogen sulfida tidak terjadi pengendapan dalam la­rutan asam.

d.    Dengan larutan amonium sulfida terbentuk endapan hi­tam besi (II) sulfida yang larut dengan mudah dalam larutan asam.

Fe2++ S2- → FeS↓
FeS↓+ 2H+ → Fe2+ +H2S ↑
FeS↓+ 9O2 → 2Fe2O(SO4)2
e.    Dengan larutan kalium sia­nida terbentuk endapan coklat kekuningan yang larut dalam reagensia berlebihan.
Fe2++ 2CN- → Fe(CN)2
Fe(CN)2↓+4CN- → Fe(CN)64-

2.    Identifikasi Besi (III) (Fe3+)
a.    Dengan larutan amonia terjadi endapan coklat merah seperti gelatin dari besi (III) hi­drok­sida yang tidak larut dalam reagensia berlebihan tetapi la­rut dalam asam.
Fe3+ + 3NH3 + 3H2O → Fe(OH)3↓ + 3NH4+
b.    Dengan larutan natrium hi­drok­sida terbentuk endapan coklat kemerahan besi (III) hidroksida
Fe3+ + 3OH- → Fe(OH)3
c.    Dengan hidrogen sulfida dalam larutan asam mereduk­si ion-ion besi (III) menjadi besi (II) dan terbentuk bele­rang sebagai endapan putih susu.
2Fe3++ +H2S → FeS↓
FeS↓+ 2H+ → 2Fe2++2H+ + S↓
d.    Dengan larutan amonium sul­fida terbentuk endapan hitam yang terdiri dari besi (II) sul­fida dan belerang..
2Fe3++ 3S2- → 2FeS↓+ S↓
e.    Dengan larutan kalium siani­da bila ditambahkan perla­han-lahan menghasilkan en­dap­an coklat kemerahan besi (III) sianida.
Fe3++ 3CN- → Fe(CN)3

3.    Identifikasi Aluminium (Al3+)
a.    Dengan larutan amonia terjadi endapan putih seperti gelatin dari aluminium hidroksida yang larut sedikit dalam rea­gen­sia berlebihan.
Al3+ + 3NH3 + 3H2O → Al(OH)3↓ + 3NH4+
b.    Dengan larutan natrium hi­drok­sida terbentuk endapan putih dari aluminium hidrok­sida
Al3+ + 3OH- → Al(OH)3
c.    Dengan larutan amonium sul­fida terbentuk endapan putih yang terdiri dari aluminium hidroksida
Al3+ + 2S2- + 6H2O → 2Al(OH)3↓+3H2S↑
d. Dengan larutan natrium ase­tat tidak terbentuk endapan dalam larutan netral dingin teta­pi dengan mendidihkan dengan reagensia berlebihan terbentuk endapan.
Al3+ + 3CH3COO- + 2H2O → Al(OH)2CH3COO↓+CH3COOH

4.    Identifikasi Kromium (Cr3+)
  1. Dengan larutan amonia terjadi endapan abu-abu hijau sam­pai abu-abu biru seperti gelatin dari kromium hidrok­sida yang larut sedikit dalam reagensia berlebihan.
Cr3+ + 3NH3 + 3H2O → Cr(OH)3↓ + 3NH4+
Cr(OH)3↓+ 6NH3 → Cr(NH3)6 3+↓ + 3OH-
  1. Dengan larutan natrium hi­droksida terbentuk endapan abu-abu hijau dari kromium hidroksida
Cr3+ + 3OH- → Cr(OH)3
  1. Dengan larutan natrium kar­bonat terbentuk endapan abu-abu hijau dari kromium hi­droksida
2Cr3+ + 3CO32-+ 3H2O → 2Cr(OH)3↓ +3CO2
  1. Dengan larutan amonium sul­fida terbentuk endapan abu-abu hijau dari kromium hi­drok­sida
2Cr3+ + 3S2- + 6H2O → 2Cr(OH)3↓+3H2S↑
e. Dengan larutan natrium asetat tidak terbentuk en­dapan dalam larutan netral dingin walaupun dengan men­didihkan.

5.    Identifikasi Kobalt (Co2+)
  1. Dengan larutan natrium hi­drok­sida terbentuk endapan biru
Co2+ + OH- + NO3- → Co(OH) NO3
  1. Dengan larutan amonia terjadi endapan biru.
Co2+ + NH3 + H2O + NO3- → Co(OH) NO3 ↓+ NH4+
  1. Dengan larutan amonium sul­fida terbentuk endapan hitam kobalt sulfida
Co2+ + S2- → CoS↓
  1. Dengan larutan kalium sia­nida bila ditambahkan per­lahan-lahan menghasilkan endapan coklat kemerahan besi (III) sianida.
Co2++ 2CN-Co(CN)2

6.    Identifikasi Nikel (Ni2+)
  1. Dengan larutan natrium hi­droksida terbentuk endapan hijau
Ni2+ + 2OH-Ni(OH)2
  1. Dengan larutan amonia terjadi endapan hijau
Ni2+ + 2NH3 + 2H2O → Ni(OH)2↓ + 2NH4+
  1. Dengan larutan amonium sulfida terbentuk endapan hitam nikel sulfida.
Ni2+ + S2- → NiS↓
  1. Dengan larutan kalium sia­nida endapan hijau nikel (II) sianida.
Ni2++ 2CN- → Ni (CN)2
  1. Dengan hidrogen sulfida (gas/ larutan air jenuh) membentuk endapan.

7.    Identifikasi Mangan (Mn2+)
a.    Dengan larutan natrium hidroksida terbentuk endapan putih. Endapan dengan cepat teroksidasi bila terkena udara menjadi coklat.
Mn2+ + 2OH- → Mn(OH)2
b. Dengan larutan amonia terbentuk endapan putih. Endapan dengan cepat teroksidasi bila terkena udara menjadi coklat
Mn2+ + 2NH3 + 2H2O →Mn(OH)2↓ + 2NH4+
c. Dengan larutan amonium sul­fida terbentuk endapan merah jambu dari mangan sulfida.
Mn2+ + S2- → MnS↓
  1. Dengan larutan natrium fosfat terbentuk endapan merah jam­bu dari mangan amonium fosfat.
Mn2+ + 2NH3 + HPO42- →Mn(NH4) PO4

8.Identifikasi Zink (Zn2+)
  1. Dengan larutan natrium hi­droksida terbentuk endapan se­perti gelatin yang putih. Endapan larut dalam asam.
Zn2+ + 2OH- → Zn(OH)2
Zn(OH)2↓ + 2H+ → Zn2++ 2H2O
b. Dengan larutan amonia ter­bentuk endapan putih.
Zn2+ + 2NH3 + 2H2O →Zn(OH)2↓ + 2NH4+
c. Dengan larutan amonium sul­fida terbentuk endapan putih
Zn2+ + S2- → MnS↓
d. Dengan larutan dinatrium hi­drogen fosfat terbentuk en­dapan putih
Zn2+ + HPO42- → Zn(PO4)2 ↓ + 2H+

D.   Identifikasi Kation Golongan IV
1.    Identifikasi Barium (Ba2+ )
a. Dengan larutan amonia tidak terbentuk endapan.
b. Dengan larutan amonium kar­bonat terbentuk endapan putih
Ba2+ + CO32- → Ba CO3

c. Dengan larutan amonium ok­salat terbentuk endapan putih
Ba2+ + (COO)22-→ Ba(COO)2
d. Dengan asam sulfat terbentuk endapan putih
Ba2+ + SO42-→ BaSO4
e. Dengan kaliumkromat terben­tuk endapan kuning
Ba2+ + CrO42-→ Ba CrO4

2.    Identifikasi Calsium (Ca2+ )
a. Dengan larutan amonia tidak terbentuk endapan.
b. Dengan larutan amonium kar­bonat terbentuk endapan pu­tih
Ca2+ + CO32- → CaCO3
c. Dengan larutan amonium ok­salat terbentuk endapan putih
Ca2+ + (COO)22-→ Ca (COO)2
d. Dengan asam sulfat terbentuk endapan putih
Ca2+ + SO42-→ CaSO4
e. Dengan kalium kromat tidak ter­bentuk endapan.
Ca2+ + CrO42-→ CaCrO4

3.    Identifikasi Stronsium (Sr2+)
a. Dengan larutan amonia tidak terbentuk endapan.
b. Dengan larutan amonium kar­bonat terbentuk endapan pu­tih
Sr2+ + CO32- → SrCO3
c. Dengan larutan amonium ok­salat terbentuk endapan putih
Sr2++ (COO)22-→ Sr (COO)2
d. Dengan asam sulfat terbentuk endapan putih
Sr2++ SO42-→ SrSO4
e. Dengan kalium kromat ter­bentuk endapan kuning
Sr2+ + CrO42-→ SrCrO4
f. Dengan uji nyala terjadi warna nyala merah karmin

E.    Identifikasi Kation Golongan V
1.    Identifikasi Magnesium (Mg2+ )
a. Dengan larutan amonia ter­bentuk endapan putih seperti gelatin.
Mg2++ 2NH3 + 2H2O →
Mg(OH)2↓ + 2NH4+

b. Dengan larutan natrium hi­droksida membentuk endap­an putih
Mg2+ + 2OH- → Mg(OH)2
c. Dengan larutan amonium kar­bonat terbentuk endapan pu­tih
5Mg2+ + 6CO32- + 7H2O → 4MgCO3 Mg(OH)2. 5H2O + 2HCO3-
d. Dengan larutan natrium kar­bonat terbentuk endapan pu­tih
Mg2+ + HPO42- → Mg(PO4)2 ↓ + 2H+
e. Dengan larutan natrium hi­drok­sida dan reagensia dife­nilkarbazida terbentuk en­dap­an lembayung merah.

2.    Identifikasi Kalium (K+ )
a. Dengan larutan Natrium hek­sanitritokobaltat terbentuk en­­dapan kuning.
3K+ + Co(NO2)63- → K3Co(NO2)6
b. Dengan larutan asam tartrat membentuk endapan kristalin putih
K+ + H2C4H4O6 → KH2C4H4O6 ↓ + H+
c. Dengan larutan asam per­klorat terbentuk endapan pu­tih
K+ + ClO4 - → KClO4
d. Dengan larutan asam hek­sa­kloroplatinat terbentuk endap­an kuning
K+ + PtCl62- → KPtCl62-
e. Dengan uji nyala terjadi warna nyala ungu

3.    Identifikasi Natrium (Na+ )
a. Dengan larutan uranil mag­nesium asetat terbentuk en­dapan kristalin kuning.
Na++Mg2++3UO22++9CH3COO-→NaMg(3UO2)3 (CH3COO)9
b. Dengan larutan asam kloroplatinat tidak membentuk endapan
c. Dengan larutan asam tartrat tidak membentuk endapan
d. Dengan larutan asam p-hek­sanitritokobaltat tidak mem­ben­tuk endapan
e. Dengan uji nyala terjadi warna nyala kuning

4.    Identifikasi Amonium (NH4+ )
a. Dengan larutan natrium hi­droksida dan dipanaskan ke­luar gas amonia.
NH4+ + OH-→ NH3+↑ + H2O
  1. Dengan reagen Nessler mem­bentuk endapan coklat

NH4+ + 2(HgI4)2- + 4OH- → HgO.Hg(NH2)I↓ + 7I- + 3H2O
c. Dengan larutan Natrium hek­sanitritokobaltat terbentuk en­dapan kuning.
3NH4+ + Co(NO2)63- → (NH4+) 3Co(NO2)6
d. Dengan larutan asam hek­sakloroplatinat terbentuk en­dapan kuning
2NH4+ + PtCl62- → (NH4 )2
(PtCl6)2
e. Dengan larutan natrium hi­dro­gen tartrat membentuk en­dapan putih
NH4+ + HC4H4O6- → NH4HC4H4O6
f. Dengan larutan asam per­klorat tidak terbentuk en­dapan.
11.2.2 Identifikasi Anion

Secara umum anion dibagi dalam 2 golongan besar yaitu:
1. Kelas A
a. Anion yang menghasilkan gas bila direaksikan dengan HCl encer/asam sulfat en­cer: karbonat, bikarbonat, sulfat, tiosulfat, sulfida, nitrit, poklorit, sianida dan sianat.
b. Anion yang menghasilkan gas atau uap asam, bila di­reaksikan dengan larutan asam sulfat pekat: korida, bro­mida, iodida, nitrat, klo­rat, perklorat, perma­nga­nat, bromat, borat, heksasiano­ferrat (II), heksasianoferrat (III), tiosianat, format, ase­tat, oksalat, tartrat dan si­trat.
2. Kelas B
a. Reaksi pengendapan: Sul­fat, fosfat, fosfit, hipofosfit, arsenat, arsenit, kromat, di­kromat, silikat, heksafluo­ro­silikat.
b.Oksidasi dan reduksi dalam larutan: Manganat, perma­nga­nat, kromat dan dikro­mat.
Berikut ini djelaskan satu-persatu identifikasi dari masing-masing anion:
1.    Identifikasi Karbonat (CO3 2-)
  1. Dengan asam klorida encer terjadi penguraian yang dit­an­dai dengan terjadinya gelem­bung gas. Gas ini dapat di­iden­tifikasi dari sifatnya yang mengkeruhkan air kapur.

CO3 2- + 2H+ → CO2 ↑ + H2O
CO2 ↑ + Ca2++ 2OH- → CaCO3 ↓+ H2O
CO2 ↑ + Ba2++ 2OH- → BaCO3 ↓+ H2O
b. Dengan larutan barium/kal­sium klorida terbentuk en­dapan putih
CO3 2- + Ca2+ → CaCO3
CO3 2- + Ba2+ BaCO3
c. Dengan larutan perak nitrat ter­bentuk endapan putih pe­rak karbonat.
CO3 2- + 2Ag+ → Ag2CO3
d. Uji karbonat- fenolphtalein ter­bentuk warna merah jambu pa­da fenolphtalein.
2. Identifikasi Hidrogen karbonat (HCO3-)
a. Dengan asam klorida encer terjadi penguraian yang di­tan­dai dengan terjadinya gelem­bung gas. Gas ini dapat di­identifikasi dari sifatnya yang mengkeruhkan air kapur.
HCO3- + H+ → CO2 ↑ + H2O
CO2 ↑ + Ca2++ 2OH- → CaCO3 ↓+ H2O
CO2 ↑ + Ba2++ 2OH- → BaCO3 ↓+ H2O
  1. Bila dididihkan, hidrogen kar­bonat terurai. Karbon dioksida yang terbentuk dapat di­identifikasi dari sifatnya yang mengkeruhkan air kapur.

2HCO3- CO3 2- + H2O + CO2
CO2 ↑ + Ca2++ 2OH- → CaCO3 ↓+ H2O
CO2 ↑ + Ba2++ 2OH- → BaCO3 ↓+ H2O
  1. Dengan larutan magnesium sulfat tidak terbentuk en­dap­an, bila dipanaskan baru terbentuk endapan putih.

Mg2+ + 2HCO3-→ MgCO3 ↓+ H2O + CO2
  1. Dengan larutan Merkurium (II) klorida tidak terbentuk endapan .

3. Identifikasi Sulfit ( SO3 2-)
a.    Dengan asam klorida encer terjadi penguraian lebih cepat dengan pemanasan, disertai pelepasan belerang dioksi­da. Gas ini dapat diidentifikasi dari:
(i) Bau belerang yang ter­ba­kar
(ii)   Bila sehelai kertas saring yang dibasahi dengan la­rutan kalium dikromat yang telah diasamkan di­letakkan di atas mulut ta­bung uji maka kertas sa­ring akan berwarna hijau.

SO3 2- + H+ → SO2 ↑ + H2O
3SO2 ↑ + Cr2O42- + H+ → 2Cr3+ + 3SO42- ↑ + H2O
b. Dengan larutan barium/ stron­sium klorida terbentuk endap­an putih
SO3 2- + Ba2+ → BaCO3
b.    Dengan larutan perak nitrat mula-mula tidak terbentuk en­dapan, setelah ditambah re­agensia berlebih terben­tuk endapan putih

SO3 2- + 2Ag+ → (AgSO3 )-
(AgSO3 )- + Ag+ → Ag2SO3

d. Dengan larutan kalium per­manganat yang telah diasam­kan dengan asam sulfat encer maka warna ungu dari kalium permanganat luntur.
5SO3 2- + 2MnO4-+ 6H+ → 2 Mn2++ 3SO42-+ 3H2O
  1. Dengan larutan kalium dikro­mat yang telah diasamkan de­ngan asam sulfat encer ma­ka terjadi warna hijau ka­rena terbentuknya ion-ion kro­mium (III).

3SO3 2- + Cr2O42- + 8H+ → 2 Cr3++ 3SO42-+ 4H2O

4. Identifikasi Tiosulfat (S2O3 2- )
a. Dengan asam klorida encer tidak terjadi perubahan de­ngan segera, setelah dia­sam­kan baru terjadi kekeruhan karena terjadi pemisahan be­lerang.
S2O3 2- +2H+ → S↓ + SO2 ↑ + H2O
c.    Dengan larutan iod maka warna iod luntur karena ter­bentuk ion tetrationat yang tak berwarna.

I2 + S2O3 2-→ 2I- + S4O6 2-
c. Dengan larutan barium klorida terbentuk endapan putih barium tiosulfat.
S2O3 2- + Ba2+ → Ba S2O3
d. Dengan larutan perak nitrat mula-mula tidak terbentuk en­dapan, setelah ditambah rea­gen­sia berlebih terbentuk en­dapan putih
SO3 2- + 2Ag+ → (AgSO3 )- (AgSO3 )- + Ag+ → Ag2SO3

5. IdentifikasiSulfida (S2-)
a. Dengan asam klorida/asam sul­fat encer terjadi pelepasan gas hidrogen sulfida yang dapat diidentifikasi dar bau­nya yang khas dan meng­hi­tamnya kertas saring yang di­basahi timbal asetat.
S2- + 2H+ → H2S ↑
H2S ↑ + Pb2+ → PbS ↓
.b. Dengan larutan perak nitrat terbentu endapan hitam perak sulfida.
S2- + 2Ag+ → Ag2S↓
  1. Dengan larutan barium klorida tidak terbentuk endapan.

6. Identifikasi Nitrit (NO2- )
a. Dengan asam klorida encer dengan hati-hati dihasilkan ca­iran biru pucat yang tidak stabil dan dilepaskan uap ni­trogen dioksida yang ber­warna coklat.
NO2-+ H+ → HNO2 3HNO2 → HNO3 + 2NO↑ + H2O
2NO↑ + O2 ↑ → 2NO2

b. Dengan larutan besi (II) sulfat yang ditambahkan pelan-pe­lan melalui dinding tabung yang telah ditambah asam sulfat/asetat encer terbentuk cin­cin coklat pada perbatasan kedua larutan.
NO2- + CH3COOH → HNO2 + CH3COO- 3HNO2 → HNO3 + 2NO↑ + H2O
Fe2+ + SO42- + 2NO↑ → (Fe2NO)SO4
c. Dengan larutan barium klorida tidak terbentuk endapan
d. Dengan larutan perak nitrat terbentu endapan putih perak nitrit.
NO2- + Ag+ → Ag NO2
e. Dengan larutan kalium per­manganat yang telah diasam­kan dengan asam sulfat encer maka warna ungu dari kalium permanganat luntur, tapi tak ada gas yang dilepaskan.
5NO2- + 2MnO4- + 6H+ → 2 Mn2++ 5NO3-+ 3H2O

7. Identifikasi Sianida (CN- )
a. Dengan asam klorida encer terbentuk asam sianida.
CN- + H+ → HCN
b. Dengan larutan perak nitrat terbentuk endapan putih pe­rak sianida yang mudah larut dalam larutan sianida ber­le­bih.
CN- + Ag+ → AgCN
AgCN↓ + CN- → Ag(CN)2-
c. Dengan asam sulfat pekat di­panaskan akan dilepaskan kar­bon monoksida
2KCN + 2H2SO4 + 2H2O → 2CO↑ + K2SO4 (NH4)2SO4

8. Identifikasi Tiosianat (SCN-)
a. Dengan asam sulfat pekat di­hasilkan pewarnaan kuning, bila dipanaskan timbul reaksi yaitu terbakar dengan nyala bi­ru.
SCN- + H2SO4 + 2H2O → COS↑ + NH4+ + SO42-
b. Dengan larutan perak nitrat terbentuk endapan putih pe­rak tiosianat yang larut dalam amonia.
SCN- + Ag+ → Ag SCN↓
Ag SCN↓ + 2NH3 → Ag(NH3)2+ + SCN+
c. Dengan larutan tembaga sul­fat terbentuk warna hijau yang berubah menjadi endapan hi­tam
SCN- + Cu2+ → Cu
( SCN)2

  1. Dengan larutan besi (III) klo­rida terbentuk larutan merah darah karena terbentuknya su­atu kompleks.

SCN- + Fe3+ → Fe( SCN)3
9. Identifikasi Ion Ferrosianida = [Fe(CN)6]4-

a.   Dengan larutan Argen­tum nitrat terbentuk en­dapan putih, endap­an tidak larut dalam amonia tapilarut dalam kalium sianida dan na­trium tiosulfat.
[Fe(CN)6]4-+ 4Ag+ → Ag4 [Fe(CN)6]↓
Ag4 [Fe(CN)6]↓ + 8CN-
4 [Ag(CN)2]- + [Fe(CN)6]4-
Ag4 [Fe(CN)6]↓ + 8S2O32-→ 4 [Ag(S2O3)2]3- + [Fe(CN)6]4-

b.   Dengan larutan Ferri klorida terbentuk endapan biru prus­sian

3[Fe(CN)6]4- + Fe3+ → Fe4[Fe(CN)6]3

c.    Dengan larutan Ferro sulfat terbentuk endapan putih yang dengan cepat menjadi biru karena oksidasi.

[Fe(CN)6]4-+ Fe2+ + 2K+→ K2Fe[Fe(CN)6]↓

2.    Dengan larutan Cupri sulfat terbentuk endapan coklat

[Fe(CN)6]4- + 2Cu2+→ Cu2[Fe(CN)6]↓

10. Identifikasi ion Ferrisianida = [Fe(CN)6]3-

a. Dengan larutan Argentum nitrat terbentuk endapan merah jingga
[Fe(CN)6]3- + 3Ag+ → Ag3 [Fe(CN)6]↓

b. Dengan larutan Ferro sulfat terbentuk endapan biru Turn­bull
[Fe(CN)6]3- + Fe2+ → Fe3[Fe(CN)6]2

c. Dengan larutan Ferri klorida ter­bentuk larutan coklat
[Fe(CN)6]3-+ Fe3+ → Fe[Fe(CN)6]

d. Dengan larutan Cupri sulfat terbentuk endapan hijau
[Fe(CN)6]3-+ 3Cu2+→ Cu3[Fe(CN)6]2

11. Identifikasi ion Klorida (Cl-)
a. Dengan larutan Argentum ni­trat terbentuk endapan putih yang larut dalam larutan amo­nia encer dan dengan larutan asam nitrat encer akan ter­bentuk endapan putih lagi.
Endapan dikenakan sinar ma­ta­hari menjadi endapan ungu
Cl- + Ag+ → AgCl↓
AgCl↓ + 2NH3 → [Ag (NH3)2]+ + Cl-
[Ag (NH3)2]+ + Cl- + 2H+ → AgCl↓ + 2NH4+

b. Dengan larutan Asam sulfat pekat, dipanaskan timbul gas. Gas ini dapat dibuktikan dengan:

Ø  Bau yang merangsang
Ø  Membentuk kabut putih, jika batang pengaduk yang dibasahi dengan ammonium hidroksida pekat didekatkan ke mu­lut tabung reaksi
Ø  Kertas lakmus biru ¾¾® merah
Cl-+ H2SO4 → HCl↑ + HSO4-
c. Dengan larutan Plumbum ni­trat terbentuk endapan putih, bila dipanaskan endapan la­rut dan bila didinginkan ter­bentuk endapan jarum
2Cl- + Pb2+ → PbCl2

12.   Identifikasi ion Bromida ( Br- )
a.   Dengan larutan Argentum ni­trat terbentuk endapan kuning muda.
Br-+ Ag+ → AgBr↓
AgBr↓ + 2NH3 → [Ag (NH3)2]+ + Br-
AgBr↓ + 2CN-→ [Ag(CN)2]- + Br-
AgBr↓+2S2O32-→ [Ag(S2O3)2]3- + Br-

b.   Dengan larutan Asam nitrat pekat, dipanaskan terbentuk larutan coklat merah, timbul uap coklat merah, dibuktikan dengan:

Ø  Larutan + kloroform ¾¾® lapisan kloroform berwarna coklat merah
Ø  Kertas saring yang di­basahi dengan fluores­cein, akan berwarna me­rah jingga jika di­letakkan di mulut tabung reaksi
6Br- + 8HNO3 → 3Br2↑ + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O

c. Dengan larutan Plumbum ni­trat terbentuk endapan putih, yang larut di air mendidih
2Br- + Pb2+→ PbBr2

13. Identifikasi ion Iodida ( I-)
a.    Dengan larutan Argentum ni­trat terbentuk endapan ku­ning yang mudah larut dalam larutan kalium sianida dan larutan natrium tiosulfat.
I- + Ag+ → AgI↓
AgI↓ + 2CN- → [Ag (CN)2]- + I-
AgI↓ + 2S2O32-→ [Ag­(SO3)2]3- + I-

b.    Dengan larutan asam sulfat pekat terbentuk timbul uap ungu, dibuktikan dengan:
Ø  Larutan + kloroform ter­bentuk lapisan kloroform berwarna ungu
Ø  Kertas saring yang di­basahi amylum, akan ber­­warna biru jika dile­takkan di atas tabung reaksi
2I- + 2H2SO4 → I2↑+ SO42- + 2H2O
I- + H2SO4 → HI↑+ HSO4-
6I- + 4H2SO4 →3I2↑+ S↓ + 3SO42- + 4H2O
8I- + 5H2SO4 → 4I2↑+ H2S + 4SO42- + 4H2O

c. Dengan larutan Plumbum nitrat terbentuk endapan ku­ning yang bila diencerkan dengan aquadest terbentuk endapan larut dan bila di­di­nginkan terbentuk endap­an berbentuk keping-keping ku­ning emas seperti sisik ikan.
2I- + Pb2+ → PbI2

d. Dengan larutan sampel di­tambah Merkuri klorida ter­ben­tuk endapan merah jing­ga, jika sampel berlebih ter­ben­tuk endapan larut
2I- + HgCl2 → HgI2↓ +2Cl-



14.   Identifikasi ion Borat ( BO33- , B4O72-, BO2-)

a.    Dengan larutan Argentum ni­trat terbentuk endapan putih, bila terhidrolisis menjadi en­dapan menjadi coklat.
B4O72-+ 4Ag+ + H20→ 4AgBO2↓ + 2H+
2AgBO2↓+3 H20→ Ag2O↓ + 3H3BO3

b.    Dengan larutan diuapkan di atas cawan porselin, setelah kering ditambah metanol, ke­mudian dibakar terbentuk nya­la api hijau

c.    Dengan larutan Barium klo­rida terbentuk endapan putih, bila ditambah larutan Barium klorida berlebih terbentuk en­dapan larut
B4O72-+ 2Ba2+ + H2O → 2Ba(BO2)2↓ + 2H+

15.   Identifikasi ion Kromat atau Dikromat = CrO42- atau Cr2O72-

a.   Dengan larutan Argentum nitrat terbentuk endapan me­rah coklat, endapan larut da­lam asam nitrat encer dan dalam larutan amonia. Asam klorida mengubah endapan menjadi perak klorida (putih).

CrO42- -+ 2Ag+ → Ag2 CrO4
2Ag2 CrO4↓ + 2H+→ 4Ag+ + Cr2O72- + H20
Ag2 CrO4↓ + 4NH3 → 2[Ag (NH3)2]+ + CrO42-
Ag2 CrO4↓+2Cl-→ 2AgCl↓ + CrO42-
b.    Dengan larutan Asam sulfat encer ditambah hidrogen pe­roksida terbentuk larutan biru tua, kemudian timbul gas dan larutan menjadi hijau

c.   Dengan larutan Barium klo­rida terbentuk endapan ku­ning
Cr2O4-2 + Ba+→ Ba CrO4↓

d.   Dengan larutan Plumbum ni­trat terbentuk endapan ku­ning yang larut dalam asam ni­trat encer.
Cr2O4-2+ Pb2+→ PbCrO4
2PbCrO4↓+ 2H+→ 2Pb2+ + Cr2O72- + H20


16.   Identifikasi ion Permanganat (MnO4=)

a.   Dengan larutan Argentum ni­trat tidak terjadi perubahan

b.    Dengan larutan Kalium hi­droksida pekat terbentuk la­rutan hijau ditambah air dan asam sulfat encer terbentuk larutan ungu
4 MnO4- + 4OH- → 4 MnO42- + O2↑ + 2H2O
3MnO42- + 2H2O→ 2 MnO4- + MnO2↓ + 4OH-

b. Dengan larutan asam sulfat encer ditambah hidrogen pe­roksida terbentuk timbul gas, dan warna ungu dilunturkan
2 MnO4- + 5 H2O2 + 6H+ → SO2↑ + 2Mn2+ + 8H2O

c.    Dengan larutan asam sulfat encer ditambah natrium nitrit warna ungu dilunturkan

2 MnO4- + 5NO2- + 6H+ → 2Mn2+ + 5NO3- + 3H2O

d.   Dengan larutan asam sulfat encer ditambah Ferro sulfat warna ungu dilunturkan
2MnO4- + 5Fe2+ + 8H+ → 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O

e.   Dengan larutan asam sulfat encer ditambah asam oksalat warna ungu dilunturkan
2MnO4- + 5 (COO)22- + 16H+ →10CO2↑ + 2Mn2+ + 8H2O

17.   Identifikasi ion Asetat
( CH3COO-)

a.   Dengan larutan Argentum ni­trat terbentuk endapan putih
CH3COO- + Ag+ ↔ CHCOO­Ag

d. Dengan larutan Alkohol dan asam sulfat pekat terbentuk bau harum
CH3COO- + C2H5OH → CH3COOC2H5 + OH-


e. Dengan larutan Ferri klorida terbentuk larutan coklat me­rah
6CH3COO- + 3Fe 3+ + 2H2O→ [Fe3(OH)2( CH3COO-)6]+ +2H+
[Fe3(OH)2( CH3COO-)6]+ + 4H2O→ 3Fe(OH)2 CH3COO↓ + CH3COOH + H+




11.2.3 Pemisahan Campuran Senyawa AnOrgank


Setelah melakukan reaksi/analisis pendahuluan kita telah dapat mem­perkirakan zat/unsur anorga­nik apa yang mungkin terdapat da­lam bahan (sampel) yang dia­na­lisis. Untuk itu perlu dianalisis kation dan anion yang ada dalam campuran senyawa anorganik.
Untuk memastikan kation apa yang terdapat dalam bahan maka harus dilakukan reaksi selektif untuk memisahkan/menggolong­kan unsur-unsur yang ada terutama bila zat dalam bentuk campuran.
Ada beberapa cara analisis sis­tematika kation, antara lain:
  1. Metode H2S
Cara hidrogen sulfida ini paling luas pengguna­an­nya. Metode ini dibuat oleh Bergmann dan disempur­na­kan oleh Fresenius dan Noyus.



Larutan zat dalam air + HCl encer (4N) berlebih,lalu disaring

Endapan (gol.HCl):

AgCl
Hg2Cl2
PbCl2

Gol. I

Filtrat dipanaskan, dialiri gas H2S

Endapan
(gol. H2S) :


CuS Hitam
SnS Coklat
FeS Hitam
HgS hitam
PbS hitam
As2S3 Kuning

Filtrat dididihkan + NH4Cl & NH4OH sampai basa, lalu + (NH4)2S, disaring

Endapan
(gol. (NH4)2S


ZnS Putih
MnS kuning
CuS hitam
Al2(OH)3
Putih

Filtrat dididihkan + (NH4)2CO3, lalu dipanaskan

Endapan (gol. (NH4)2CO3
CaCO3 Putih
BaCO3 Putih SrCO3 Putih

Gol.sisa

Na+
K+
Mg2+
NH4+


Gol. II

Gol. III

Gol.IV

Gol. V
Gambar 146. Pemisahan Sistem H2S

Selanjutnya dari endapan-en­dap­an atau larutan golongan sisa di atas dilakukan iden­tifikasi masing-masing kation dengan reaksi spesifik ter­hadap kation yang diduga ada.
Maksud dilakukannya pemi­sahan adalah agar reaksi spe­sifik suatu ion tidak ter­ganggu karena adanya kation yang lain.

  1. Metode non H2S
Cara ini terutama di­da­sar­kan pada kelarutan oksida logam dalam pelarut asam yang digunakan. Zat yang akan diperiksa dipijarkan di da­lam krus porselain diatas nyala bunsen, kecuali untuk memeriksa kation-kation yang mudah menguap, menyublim atau mudah terurai seperti kation NH4+, As3+, Bi3+, Hg2+ yang harus diperiksa lang­sung dari zat asalnya sebe­lum dipijarkan.
Cara kerjanya seperti pada Gambar 147.



Filtrat :

K+
Na+
Li+

Residu + HNO3 encer, panaskan, kocok,
kemudian disaring

Filtrat :


Ca2+
Ba2+
Sr2+
Mg2+
Zn2+
Cu2+

Residu + HCl encer, panaskan,
kocok, saring

Filtrat :
Ag+Al+
Bi2+ Sn4+
As3+ Pb2+
Hg2+ Fe3+
Mn3+Cd2+
Cr3+ No3+
Co2+

Residu :
SiO2

Filtrat :

Sb3+

Zat dipijar dalam cawan pijar, setelah dingin larutan dingin disaring

Gambar 147. Pemisahan Sistem Non H2S



Cara non H2S ini tidak berarti tiap filtrat atau residu hanya terdiri dari ion-ion seperti tersebut di atas, tapi kemungkinan juga ada ion-ion yang termasuk golongan filtrat lain dalam jumah sedikit yang ikut di dalamnya.
Untuk mengidentifikasi anion-anion yang ada dalam campuran senyawa anorganik perlu dipisahkan antara kation dan anionnya dengan membuat ekstrak soda.
Cara membuat ekstrak soda:
Kurang lebih 1 gram zat di­ma­sukkan dalam beaker glass 100 mL.
Ditambahkan 20 mL larutan Na2CO3 jenuh dan dididihkan selama 15 me­nit, didinginkan dan disaring.
Filtratnya ini disebut ekstrak soda dan digunakan untuk identifikasi ani­on selain ion karbonat. Endapan pa­da kertas saring merupakan garam karbonat dari kation logam yang da­pat dipakai untuk analisis kation.



11.3.1  Identifikasi Senyawa Obat

Tahapan dalam identifikasi senyawa organik/ senyawa obat:

Organoleptis

Bentuk: Kristal atau serbuk
Warna: Putih, Kuning, Coklat atau Jingga
Bau: Terutama penting pada zat-zat yang mempunyai bau spesifik
Rasa: Manis, Asin, Pahit, Masam, Anaesthetis ( rasa tebal di lidah ), Dingin, Panas atau tidak berasa
I.    Pemanasan pada cawan porselin:
Pada pemanasan, zat-zat tersebut dapat mencair, memadat dan me­nguap atau segera menyublim. Ada zat yang akan terbakar pada pemanasan. Kalau uap itu mem­birukan kertas lakmus merah, hen­daknya diselidiki terhadap NH3.
Uap tersebut juga dapat berbau: Phe­nol, Rambut terbakar, kara­mel, dsb.
Kalau pada pemanasan setelah pe­nambahan HNO3 pekat mening­galkan sisa di atas cawan porselin, maka menunjukkan adanya oksida logam (mungkin zat yang diselidiki merupakan suatu garam).
Perlu diingat bahwa untuk senyawa-senyawa NH4 , Hg dan As akan me­nguap seluruhnya pada pemanasan. Jadi harus diadakan pemeriksaan pen­dahuluan terhadap unsur-unsur tersebut.
Kalau pada sisa pemanasan itu da­lam keadaan:
- panas dan dingin putih: K, Na, Ca, Ba, Mg, Al, Sr
-       panas dan dingin coklat hitam: Ag, Sb, As, Cu, Fe, Mn
-       panas kuning, dingin putih: Zn
-       panas dan dingin kuning: Pb
-       panas kuning coklat, dingin ku­ning: Bi, Sn

II.      Kelarutan:
Lihat kelarutannya dalam keada­an dingin dan panas, dalam Air, Asam, Basa dan Alkohol.
III.    Penyelidikan Constanta Physis (yang mungkin dilakukan )
Terutama untuk zat tunggal, biasanya hasil tidak dapat tepat tetapi lebih rendah dari pada ketentuan-ketentuan yang ada.
-    Titik lebur (Melting Point)
Untuk zat yang mudah ter­urai pada pemanasan, ti­dak dapat ditentukan de­ngan cara ini.
Alat: MELTING BLOCK dari THIEF
-    Bobot Jenis
Perbandingan bobot zat terhadap air pada volume yang sama dan suhu yang sama yang ditimbang di udara.
Alat: PIGNOMETER
-    Index Bias
Perbandingan kecepatan cahaya dalam hampa uda­ra dengan kecepatan ca­haya dalam zat ter­se­but.
Harga Index Bias ini beru­bah-ubah tergantung dari panjang gelombang yang digunakan dalam pengu­kuran.
Alat : REFRAKTOMETER
-       Rotasi Optik
Besar sudut pemutaran bi­dang polarisasi yang terjadi, jika sinar terpolarisasi dile­wat­kan melalui cairan.
Kecuali dinyatakan lain, pe­ngukuran dilakukan dengan meng­gunakan sinar pada lapisan cairan setebal 1 dm pada suhu 20 0 C.
Alat : POLARIMETER
IV.    Fluorescensi: dengan sinar Ultra Violet
-          Zat padat
-          Dengan H2SO4 encer
-          Dengan NaOH encer

V.     Penyelidikan terhadap unsur:
Pada umumnya zat organik mengandung unsur-unsur: C, H, O, N, S, P, Halogen, Logam. Untuk dapat menganalisis unsur-unsur tersebut maka zat organik harus dirusak dulu dengan cara:
1.      Pemijaran / Pengarangan
Zat di dalam cawan porselen dipanaskan, hasil pemijaran menunjukkan adanya: uap/­gas, bau, warna dsb bila ha­sil pemijaran hitam maka C positif.
2.      Penfield
Zat + Pb2CrO4 dipanaskan akan keluar gas CO2, bila dialirkan dalam air barit/air kapur akan menjadi keruh.
3.      Castellana
Zat yang akan diselidiki di­campur dengan serbuk Cas­tellana (terdiri dari campur­an Na2CO3 dan Magnesium 2: 1 ) dengan perbandingan 1: 5. Masukkan dalam pipa kapiler hampir penuh, pa­nas­kan di api bebas sampai berpijar. Masukkan ke dalam aquadest (untuk melarutkan zat-zat organik yang telah dirusak) diaduk lalu didiam­kan sampai terbentuk en­dap­an. Kemudian disaring, filtrat digunakan untuk me­nyelidiki unsur-unsur seperti : N, S, P, As dan Halogen.
Unsur N: N diubah menjadi CN
-               Filtrat + HCl + FeSO4 jenuh ® Fe4(Fe(CN)6)3 biru berlin

Unsur S:
-       Filtrat + Pb Ac ® PbS ¯ hitam coklat
-       Filtrat + Na Nitropruside kristal ® violet

Unsur P:
-       Filtrat + Mg Mixture ® MgNH4PO4 ¯ putih
-       Filtrat + HNO3 pk ® + NH4 Molybdat ® (NH4)3PO412MoO3 Ammonium fosfomolybdat ¯ kuning

Unsur As:
-       Filtrat + HNO3 p ® + NH4 Mo­lyb­dat ® (NH4)3AsO412MoO3 Ammonium arsenomolybdat ¯ kuning
-       Test Gutzeit:
Zat direduksi dengan serbuk Zn + H2SO4 terbentuk AsH3 yang dapat ditunjukkan dengan:
+ kristal AgNO3 ® kuning + larutan AgNO3 ® hitam
AsH3 + 6 AgNO3 ® Ag3As.3AgNO3 + 3 HNO3
Ag3As.3AgNO3 + H2O ® H3AsO3 + 6 Ag + 6 HNO3

Unsur Cl:
-       Filtrat + HNO3 + AgNO3 ® ¯ AgCl putih yang larut dalam NH4OH dan mengendap kembali dengan penambahan HNO3
-       Filtrat + H2SO4 + K2Cr2O7 ® kertas o. Toluidin ® biru

Unsur Br:
-            Filtrat + HNO3 + AgNO3 ® ¯ AgBr putih kekuningan sedikit larut dalam NH4OH berlebihan
-          Filtrat + HCl + NaNO2 + CHCl3 ® CHCl3 coklat
-          Filtrat + H2SO4 + K2Cr2O7 ® kertas Fluorescein merah

Unsur I:
-       Filtrat + HNO3 + AgNO3 ® ¯ AgI kuning tidak larut dalam NH4OH berlebihan
-       Filtrat + HCl + NaNO2 + CHCl3 ® CHCl3 violet
-       Filtrat + HNO3 + Pb Ac ® ¯ PbI2 kuning
-       Filtrat + H2SO4 pk + K2Cr2O7 ® kertas Amylum biru

VI.       Penyelidikan terhadap gugus:

1.      Aldehid: O
- C
H
-       Reaksi Pendamaran
Zat + larutan NaOH / KOH ® larutan kuning yang kemudian mengendap merah kekuning­an
-       Mereduksi larutan Ag-Amo­niakal
Zat + AgNO3 + NH4OH ber­lebihan ® ¯ Ag yang mem­bentuk cermin perak pada dinding tabung
-       Zat + Schiff ® merah jambon
-       Zat + Barfoed ® merah coklat
-       Zat + Fehling A & B ® ¯ Cu2O merah bata
-       Zat + Nessler ® abu-abu
-       Zat + Tollens ® lemah terjadi lapisan perak abu-abu

2.      Keton:
- Zat + Na Nitropruside + NH4Cl + NH4OH ¾¾® violet
(pereaksi Legal Rothera)

3.      Karboksilat:
-       Gugus karboksilat bersifat asam yang dapat ditunjukkan dengan indikator/lakmus
-       Esterifikasi:
Zat + Alkohol + H2SO4 p ® bau harum
4.      Sulfon: - SO3H
-       S dari filtrat Castellana + Pb Ac ® ¯ PbS hitam coklat
-       Bila dioksidasi keluar ion Sulfat
Zat + H2O2 3 % + 1 tetes FeCl3 0,5 N; setelah reaksi selesai + HNO3 + lar. BaCl2 0,5 N ® ¯ putih dari BaSO4
5.      Amina: Ada 3 macam
a.   Amina primer: R – C – NH2
b.   Amina sekunder:
R
NH
R
c.   Amina tersier:
R
N - R
R
Reaksi umum:
-       Zat + NaOH ® gas NH3 yang dapat ditunjukkan dengan ker­tas lakmus merah basah atau dengan Nessler ® ¯ coklat
-       Zat + As. Pikrat ® endapan

a.   Amina primer
1.   Reaksi Isonitril:
R-NH2 + CHCl3 + NaOH ® R-N=C + NaCl + H2O
Isonitril ( dikenal baunya )
Reaksi ini kepekaannya ber­kurang dengan adanya gugus karboksil sulfon atau OH fenolis
2.   Reaksi Parri ( baik untuk amin alifatis )
R-NH2 + HNO3 ® ROH + H2O + N2
3.      Remini test:
Zat + aceton + Na-Nitro­prusid r.p ¾® merah ungu
4.      Reaksi Erlich ( DAB.HCl) = Dimetil Amino Benzaldehide dalam HCl.
Amine primer aromatis + DAB.HCl ¾® jingga/kuning
b.     Amina sekunder
R2NH + HNO2 ® R2NNO + H2O
Nitrosamine

Nitrosamine dapat ditunjukkan dengan:
Zat + HCl encer/etanol sampai la­rut + HCl p sampai asam, di­dinginkan + NaNO2 dan kocok pe­lan-pelan lalu didiamkan 5 menit maka terbentuk larutan ku­ning yang memisah, kemudian dipisahkan, + Phenol dan dipa­naskan pelan-pelan, didinginkan, + H2SO4 pk ® ¯ hijau biru, akan berubah biru/hijau tua, jika + NaOH berlebihan.
c.      Amina tersier
Zat + As. Sitrat + As. Asetat anhidrat, dicampur hati-hati di atas penangas air ® merah ungu
Reaksi ini positif untuk Amina tersier dan garam-garamnya, seperti Trimetil Amina, Tri­eta­nol Amina, Tribenzilamine, Pro­kain, Metil Ephedrin
6.      Zuur amide:

O
- C
NH2
-   Reaksi Biuret
Zat + NaOH + CuSO4 ® Biru/biru violet

7.      Nitro ( NO2 pada atom C ):
-NO2
-   Zat + H2SO4 pk + Diphenilamin ® biru
-   Zat direduksi dengan Zn + HCl ® amina primer ® DAB.HCl ® ¯ jingga

8.      Alkohol: - OH
-   Reaksi Diazo ( Diazo A : B = 4:1 )
Zat + Diazo A (as. Sulfanilat) + HCl + Diazo B ( NaNO2 ) + NaOH sampai basa ® merah frambors + eter / amilalkohol ® warna tak masuk (Beda dengan Fenol ® warna merah dapat ditarik dengan eter / amilalkohol)
Reaksi Diazo juga positif terhadap: alkohol primer, sekun­der yang larut dalam air, Ace­­ton, Fenol, beberapa asam oxy ( as. Sitrat, as. Malat )
H
Alkohol primer: R – C – OH
H
-       Zat + KMnO4 + H2SO4 ® warna hilang ® + Schiff ® merah violet
R1
Alkohol sekunder: R2 – C – OH
H

-            Zat dioksidasi dengan aq. Bromata kemudian + pereaksi Legal Rothera ® merah coklat / violet
R1
Alkohol tersier: R2 – C – OH
R3
-            Zat + HgO + H2SO4 ® Hg2SO4 kuning ® ¯ Hg ( abu-abu )

Alkohol Polyvalen
-            Zat + NaOH + 1 tetes CuSO4 ® larutan biru

9.   Phenol
-       Zat + FeCl3 ® larutan ungu + Alkohol ® kuning

10.                              Inti Aromatik
Reaksi GUERBERT: Zat + HNO3 p dengan katalisator H2SO4 p dipanaskan hati-hati sisanya dilarutkan dalam alkohol + HCl + Zn (untuk mereduksi) dipanaskan sedikit, maka Nitro yang terjadi direduksi jadi Amine, pindah­kan ke dalam tabung lain + HCl + lar. NaNO2 1 % + 1 % Beta Naftol dalam amoniak sampai alkalis ® cincin merah / jingga
Yang dapat bereaksi adalah inti: benzene, naftalene, fenan­tren.



Senyawa-senyawa obat dapat ditetapkan dengan berbagai metode, mulai dari metode yang klasik mi­salnya meode Volumetri dan Gra­vimetri atau dapat juga dengan metode yang modern misalnya Spek­trofometri (Uv-Vis, IR, AAS, NMR ), Kromatografi , Spektrodensitometri , Potensiometri dan lain-lain. Berikut ini akan diuraikan beberapa metode yang dapat digunakan untuk men­etapkan kadar beberapa senyawa obat .
11.4.1 Volumetri
11.4.1.1 Teori Dasar Analisa Volumetri
Volumetri/titrimetri ialah penye­li­dikan untuk mengetahui kadar suatu zat dengan cara mengukur volume larutan yang sudah diketahui kon­sentrasinya, secara tepat sehingga keduanya bereaksi equivalen.
Titik equivalen adalah suatu keadaan tentang kadar dalam gram equivalen dari zat yang diselidiki sa­ma dengan konsentrasi dalam gram equivalen dari larutan standar.
Titik akhir titrasi adalah suatu keadaan pada titrasi harus dihentikan karena melihat adanya perubahan yang disebabkan oleh indikator.
Reaksi yang terjadi dalam analisa volumetri bermacam-macam, sehingga analisis volumetri dapat di­bagi menjadi 3 bagian yang berda­sarkan prinsip dari reaksi-reaksi yang terjadi yaitu:
1.         Acidialkalimetri
Prinsip: netralisasi asam basa.
Reaksi-reaksi yang terjadi meru­pa­kan kombinasi dari ion hidrogen dan ion hidroksil yang membentuk air.
H+ + OH- ¾¾ H2O
Acidialkalimetri dibagi menjadi 2 ba­gian yaitu:
        Acidimetri
Penyelidikan untuk menentu­kan kadar suatu basa dengan memakai larutan asam yang su­dah diketahui konsentrasinya (dengan memakai larutan asam sebagai larutan standar).
        Alkalimetri
Penyelidikan untuk menentu­kan kadar asam dengan me­ma­kai larutan basa yang sudah diketahui konsen­trasi­nya (de­ngan memakai larutan basa sebagai larutan standar)
2.         Oxidimetri
Prinsip: reaksi reduksi - oksidasi.
Reaksi-reaksi yang terjadi meliputi perubahan bilangan oxidasi atau per­pindahan elektron-elektron dari zat-zat yang bereaksi.
Larutan standar merupakan zat-zat oxidator atau reduktor.
Zat-zat oxidator antara lain: KMnO4; K2Cr2O7; Ce(SO4)2; I2; KIO3; KBrO3; Chloramin – T.
Zat-zat reduktor antara lain: per­se­nyawaan ferro atau stanno; Na2S2O3; As2O3; TiCl3; Ti2(SO4)3.
Oxidimetri terdiri atas beberapa cara antara lain: Permanganometri, Iodo­metri dan Iodimetri, Bromometri, Seri­metri.

3.         Nitrimetri
Metode Nitrimetri adalah metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan larutan baku natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yaitu reaksi senyawa amina aromatis primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium. Karena asam nitrit tidak stabil, maka diganti dengan natrium nitrit yang merupakan garam dari asam nitrit, sedangkan untuk membuat suasana asam digunakan asam klorida. Reaksi diazotasi yang mendasarkan metode ini dapat dituliskan sebagai berikut:
NaNO2 + HCl → HNO2 + NaCl
R NH2+ HNO2 + HCl →
R N+─Cl-+ H2O ║│
N
Reaksi diazotasi dapat ber­langsung dengan syarat sebagai berikut:
  1. temperatur yang digunakan harus rendah yaitu di bawah 150 C, sebab pada temperatur yang lebih tinggi garam dia­zonium yang terbentuk tidak stabil dan akan terhidrolisis menjadi fenol dan gas hi­drogen, dan dikhawatirkan pa­­da temperatur yang lebih tinggi asam nitrit lebih cepat terurai sehingga reaksinya ti­dak stoikiometri. Titrasi pada suhu kamar tidak berbeda ha­silnya apabila dilakukan per­lahan-lahan.
  2. Ditambah KBr sebagai katalis
  3. Dalam suasana asam (HCl)

4.            Argentometri
5.            Argentometri adalah suatu cara penetapan kadar titrasi, ber­da­sarkan reaksi pengendapan dan meng­gunakan larutan baku AgNO3.
Larutan standar primer: NaCl
Larutan standar sekunder: AgNO3, KCNS, NH4CNS
Macam-macam Argentometri:
A.   Argentometri Mohr
B.   Argentometri Volhard
C.   Argentometri Fajans
D.   Argentometri Liebig

A.   Argentometri Mohr
Prinsip :Pengendapan bertingkat­/­pem­bentukan suatu endapan berwar­na.
Larutan standar sekunder :AgNO3
Indikator: K2CrO4 5 %
Syarat: suasana netral
Pada analisis Cl- mula-mula terjadi reaksi:
Ag+ + Cl- Û AgCl ¯putih
Sebelum titik ekuivalensi Cl-nya masih ada, tetapi saat titik eku­i­va­lensi Cl- nya habis, maka dengan penambahan AgNO3 akan bereaksi dengan K2CrO4 sehingga terbentuk endapan merah coklat sebagai titik akhir titrasi.
2 Ag+ + CrO42- -¾® Ag2CrO4 ¯ merah coklat
Konsentrasi CrO42- yang ditam­bah­kan sebagai indikator tidak boleh sem­barang, tetapi harus dihitung berdasar Ksp AgCl dan Ksp Ag2CrO4. Konsentrasi CrO42- tidak boleh tinggi karena warna CrO42- adalah kuning, sehingga mengakibatkan perubahan warna pada titik akhir titrasi sulit dilihat (konsentrasi CrO42- = 2,5 x 10-3 M).
Pengaturan pH juga perlu dilakukan agar tidak terlalu rendah ataupun terlalu tinggi. Sebaiknya dilakukan dalam suasana netral atau sangat sedikit sekali basa yakni dalam jangkauan pH 6,59 (pH 7).Bila terlalu tinggi (basa) dapat terbentuk endapan Ag(OH) yang selanjutnya terurai menjadi Ag2O sehingga titran terlalu banyak dipakai.
2Ag+ + 2OH- Û 2Ag(OH) ¯ putih Û Ag2O ¯ Hitam + H2O
Bila pH terlalu rendah (asam), ion CrO42 - sebagian berubah menjadi Cr2O72- yang mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak tim­bul endapan atau sangat terlambat.
2H+ + 2CrO42- Û Cr2O72- + H2O
Selama titrasi Mohr, larutan harus dikocok dengan baik. Bila tidak maka secara lokal terjadi kelebihan titran yang menyebabkan indikator me­ngendap sebelum titik ekuivalen ter­capai dan dioklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk kemudian. Akibatnya titik akhir titrasi menjadi kurang tepat.
Metoda sederhana untuk membuat larutan menjadi netral:
1.    Jika larutan asam dengan pe­nambahan Kalsium karbonat/ Natrium hidrogen karbonat murni dengan berlebih.
2.    Jika larutan basa: diasamkan ngan Asam Asetat lalu ditam­bahkan Kalsium karbonat yang sedikit berlebih.

B.   Argentometri Volhard
Prinsip:Pembentukan suatu senya­wa­ berwarna yang dapat larut.
Larutan standar sekunder :
I. AgNO3
II. NH4CNS / KCNS

Indikator:
1. Larutan Besi (III) amonium sulfat (Fe(NH4)(SO4)2)
2. Larutan Besi (III) nitrat (Fe(NO3)3)
Syarat:suasana asam dengan HNO3
Titrasi dengan menggunakan metode Argentometri Volhard dapat dite­rapkan pada penentuan Ag+ atau CNS- secara Titrasi langsung. Sampai dengan titik ekuivalen harus terjadi reaksi antara titran dengan Ag+ membentuk endapan putih.



lebih sukar larut
lebih mudah larut dari AgCNS
AgCN 15,92
AgIO3 7,51
Ag2CO3 11,25
AgBr 12,31
AgCl 9,75
Ag2CrO4 11,89
AgI 16,01
Ag2(COO)2 11,05
Ag3PO4 19,9
Ag2S 48,96

Ag3AsO4 21,00




Gambar 148. Perbedaan Kelarutan Endapan pada Metode Argentometri


Hendaklah diingat bahwa Ksp lebih kecil menunjukkan kelarutan lebih kecil pula asal jenis se­nyawanya sama misalnya biner dengan biner, terner dengan ter­ner. Tidak demikian halnya bila biner dengan terner misal: Ag­CNS dengan Ag3PO4. Ksp Ag3PO4 lebih kecil namun kela­rut­annya lebih besar.
1.    Untuk X- yang kelarutan AgX-nya lebih besar dapat ditem­puh beberapa cara isolasi AgX untuk menghindarkan reaksi antara AgX dengan CNS- ya­itu:
2.    Endapan AgX disaring, dicuci, filtrat yang sudah tidak me­ngandung AgX dititrasi. Cara ini efektif tetapi tidak efisien.
a.    Setelah terjadi endapan AgX, campuran ditam­bah Nitrobenzen yaitu suatu cairan organik yang membentuk lapisan yang membungkus gum­palan AgX bila dikocok. Karena terbungkus, ma­ka AgX tidak dapat berhubungan dengan CNS-
b.    Bila endapan AgX dapat larut dalam asam kuat encer maka endapan di­saring dan dicuci kemu­dian dilarutkan dalam asam kuat encer dan la­rut­an ini yang dititrasi. Jadi disini bukan kele­bih­an Ag+ yang di­cari melainkan banyak­nya Ag+ yang bereaksi de­ngan X-. AgCNS larut dalam asam kuat encer. Yang tidak larut adalah: Ag2(COO)2, Ag2CO3, Ag3­­PO4, Ag2CrO4 dan Ag3AsO4.
c.    Mempergunakan Fe3+ yang lebih besar sehing­ga CNS- pada titik eki­valen menjadi terlalu ren­dah untuk bereaksi de­ngan AgX karena ter­kompleks oleh indikator.

Konsentrasi indikator da­lam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang karena titrant bereaksi dengan titrat maupun dengan in­dikator sehingga kedua reaksi ini se­ring saling mempengaruhi, te­tapi tidak kritis. Konsentrasi lebih kecil dapat dipakai, tetapi untuk konsentrasi lebih besar maka war­na asli kuningnya cukup jelas se­hingga menyulitkan pe­ngamatan warna kompleks Fe­(CNS)3 (kon­sen­trasi = 0,2 M).
Penerapan terpenting cara Volhard ialah penentuan secara ti­dak langsung ion-ion halogenida. Keadaan larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi Volhard me­ru­pakan keuntungan dibanding pe­nentuan ion halogenida, karena ion karbonat, oksalat dan arsenat tidak mengganggu sebab garam­nya larut dalam keadaan asam.
Dalam titrasi ini suasana yang dibutuhkan harus asam yaitu dengan HNO3, sedangkan sua­sa­na basa/netral tidak diper­boleh­kan.
   Jika digunakan HCl maka akan bereaksi dengan AgNO3 mem­­bentuk endapan AgCl ¯ putih.
HCl + AgNO3 ¾¾®AgCl ¯ putih + HNO3
   Jika suasana netral maka Fe(NH4)(SO4)2 akan terhi­dro­lisis menjadi Fe(OH)3 yang berwarna coklat.
Fe3+ + 3H2O ¾¾® Fe(OH)3 coklat + 3H+
   Jika suasana basa akan terbentuk AgOH yang kemu­dian terurai menjadi Ag2O ¯ hitam.
   2Ag+ + 2OH ¾® 2Ag(OH) ¾® Ag2O ¯ hitam + H2O

C.   Agentometri Fajans
Prinsip: Proses adsorpsi pada indikator oleh endapan. Sebagai larutan standard sekunder di­gu­nakan larutan AgNO3 dan sebagai indikator: indikator adsorpsi.
Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi yaitu zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya war­na. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih ma­cam indikator yang dipakai dan pH.
Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut:
Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan de­ngan ion perak. Misalnya Fluo­rescein yang digunakan untuk titrasi ion klorida. Dalam larutan fluorescein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFl saja).
HFl ÛH+ + Fl-

1 komentar:

  1. wesss , artikel ini sangat membantu , mas bro ! thanks yaa ~!! :D JEMPOL 10 BIJI ~!

    BalasHapus